ASAL DESA



ASAL MUASAL DESA GILI-BANGKALAN
Dikutip pada Desember 30, 2018
Kontributor: Trio Apriliyanto
Menurut salah satu tokoh masyarakat setempat dan juga sekaligus menjabat sebagai kepala desa Gili Timur yaitu bapak Moh Kholil, asal usul nama Gili Timur berasal dari kali (sungai) yang bersumber dari mata air sebelah timur jalan raya.
Konon dahulu kala pada masa pemerintahan Pangeran Cakraningrat 1, terdapat tiga bersaudara yang dianggap suci yaitu, Baju (orang suci) bernama Achmad, Tarhes yang dikenal dengan nama Buju Bendo dan Robbo yang dikenal dengan sebutan Buju Markun. Ketiga saudara tersebut bertapa (bersemedi) untuk mendapatkan air di salah satu dusun yang lebih kita kenal saat ini dengan nama dusun Sumber.
Tidak lama kemudian muncul sumber mata air yang berwarna kuning. Sumber mata air tersebut suatu kola dan lama kelamaan air semakin jernih. Pada saat itu sumber mata air tersebut tidak hanya berfungsi sebagai sarana mandi oleh masyarakat setempat tetapi juga konon airnya juga dipercaya dapat dijadikan obat segala macam penyakkit. Lokasi sumber mata air ini kini masih ada dan terletak di sebelah timur parbik Maduratex.
Selanjutnya Buju Achmad menetap di Dusun Sumber yang sekarang disebut nama Desa Gili Timur (Gili = air yang mengalir di sebelah timur jalan raya). Begitulah cerita dari narasumber yang saya terima.
Masih dengan narasumber yang saya temui, menurut beliau nama Gili Anyar tidak terlepas dari sejarah desa Gili Timur. Hal ini karena pemberi nama desa ini tidak lain adalah Buju Robbo atau nama aslinya Markun.
Buju Robbo  pada saat itu tinggal di Dusun Natporan, yaitu bagian dari desa yang sekarang dikenal dengan nama Gili Anyar. Buju Robbo (Markun), yang tinggal di Dusun Natporan yaitu dusun yang terletak di sebelah barat jalan raya, membutuhkan air untuk mengairi sawah di dusun tersebut. Oleh karena itu, Buju Markun meminta bantuan kepada saudaranya yang lain yang berada di desa Gili Timur untuk mengatasi masalah tersebut. Dari pertemuan tersebut, Buju Achmad memperbolehkan Buju Markun mengaliri airnya ke sebelah barat jalan raya.
Selanjutnya Buju Markun munuju ke Sumber Kuning di Desa Gili Timur. Dengan tongkat yang dibawanya, dia kemudian menggoreskan tongkatnya di atas tanah, mulai dari Sumber Kuning, kemudian melintasi sawah dan rawa-rawa di sebelah barat. Seketika itu terjadi kejadian. Tanah goresan tongkat tadi membelah dan membentuk sungai kecil yang sangat banyak airnya mengalir kea rah barat menju Dusun Natporan. Orang Madura menyebutnya dengan “ Aeng Agili Anyar “ yaitu apabila diartikan dalam Bahasa Indonesia yaitu “ Air Mengalir Baru “. Lalu Buju tersebut mengatakan bahwasanya desa ini diberi nama Gili Anyar.
Selanjutnya bapak Moh Cholill juga menceritakan sejarah Desa Gili Barat. Nama Gili Barat didasarkan pada suatu rentetan sejarah yang  sama dengan Gili Timur dan Gili Anyar. Hal ini dilakukan oleh pelaku sejarah yang sama, yaitu masing-masing pelaku itu merupakan tiga saudara yang sama-sama melakukan suatu pertapaan disuatu tempat yang dikenal Dusun Sumber (wilayah Gili Timur). Salah satu dari ketiga saudara tersebut tinggal di Gili Anyar sebelah barat yakni Tarhes yang lebih dikenal dengan nama Buju Bendo.
Pada saat itu Gili Barat kekurangan air untuk mengaliri sawah-sawah di desa tersebut, sehingga Buju Bendo mempunyai inisiatif membuat sungai yang tadinya mengalir hanya sampai di Gili Anyar. Dengan kesaktiannya yang dimiliki Buju Bendo, dia menarik tongkatnya dari Gili Anyar ke arah barat. Akan tetapi air yang mengalir tersebut sedikit sekali, sehingga Buju Bendo menancapkan tongkatnya dan dengan derasnya air keluar dari tanah dan air tersebut dialirkan keseluruh sawah-sawah yang ada di desa sebelah baratnya Gili Anyar. Selanjutnya masyarakat sekitar pada saat itu menyebut desa tersebut dengan nama Gili Barat. (Ensiklopediamadura.com)

0 komentar:

Posting Komentar